i wish i could stop time.
Aether menenggelamkan kepalanya kepada buku di depannya. Ia tidak pernah menyukai kimia, apalagi harus berkutat dengan rumus-rumus pembentukan ion apalah itu—memikirkannya saja sudah membuatnya mual. Ia menghela napasnya sebentar, kemudian menyenderkan dirinya pada kursi di belakangnya. Hari ini, sang tutor, absen mengajarkannya karena ada hal penting yang harus ia urus bersama adiknya. Urusan petinggi, katanya sih.
“Maaf Aether, lain kali aja ya?” katanya sambil mengusap pucuk mahkota pemuda di depannya.
“Gue ada urusan buat ketemu sponsor bareng adek lo, Lumine,” tambahnya. Manik jingganya memohon kepada lawan bicaranya yang melihatnya dengan tatapan setengah kesal.
“Cyno! udah gue bilang berkali-kali, stop elus-elus rambut gue!” protes Aether sambil menyanggah tangan Cyno yang mengusapnya—membuat lawan bicaranya meringis pelan. “Yaudah, apa boleh buat. Emang lo ketos paling sibuk, heh,” candanya sambil mengambil beberapa buku di dalam tasnya, mempersiapkan apa yang harus ia pelajari hari ini.
Cyno, sang ketos, hanya memberikan sengiran khasnya, “Oke, gue cabut dulu ya.”
Dan disinilah dia. Di perpustakaan bersama buku-buku yang seratus persen dia tidak tahu isinya. Merasa bosan, akhirnya dia mengambil ponselnya di saku kanan seragamnya, men-scroll social media dengan malas sampai-sampai—
“Hai, gue boleh duduk disini nggak?” izinnya, sambil duduk di sebelah kursi di samping Aether, menyebabkan deritan kursi pelan yang mendistraksi pikirannya.
Matanya membelalak kaget. “Xiao?“
Oh Archons, dirinya belum siap untuk semua kebetulan ini.
“Eh, tanpa gue izinin juga lo udah duduk disamping gue,”
Bego, bego, bego! Ngomong yang bener Aether bego, jangan ketus! Tarik napas, tarik napas, buang.
“Sorry, kebiasaan. Ngomong-ngomong, lagi belajar buat ulangan kimia Bu Jean, ya?” Tanya Xiao di sebelahnya, ia memiringkan kepalanya, berusaha menangkap manik emas Aether yang kini melihat kebawah, menolak bertatap dengan sang pujaan hati.
Tarik napas, Aether. You got this. Sebelum janur kuning melengkung mari kita—
“Gue ganggu, ya?” tanyanya. Aether langsung menoleh ke arah Xiao, kaget. Bukan, bukan, bukan begitu! Argh, Aether, kenapa lo kacau banget sih?
“Tunggu! Nggak, nggak gitu. Iya gue lagi belajar buat ulangan Bu Jean, tapi tutor gue hari ini lagi absen. Jadinya gue ngadem aja di perpus sambil nunggu Lumine,” kata Aether, berusaha menjawab senormal mungkin, berdoa agar suara dag-dig-dug jantungnya tidak kedengaran oleh sang pemilik rambut raven di sampingnya.
Terdapat jeda kecil diantara mereka, “Gue bisa ngajarin lo sekarang, kalo lo mau sih,” tawarnya sambil membuka buku kimia di depan Aether, membolak-balik lembar buku halamannya. “Gue jago kimia, anyways.“
YA MAU BANGET LAH? PAKE DITANYA SEGALA!
“Boleh,” jawab Aether. Sekali lagi, ia mencoba untuk bersikap senormal mungkin.
Xiao mendengus, kemudian tersenyum tipis. Oh My Archons, Aether benar-benar gila dibuatnya. “Kemaren materi terakhir tuh tentang Teori Asam-Basa...” ia mulai membuka halaman sesuai dengan judul materi yang ia sebutkan, kemudian mulai menjelaskan perlahan.
Jikalau mampu, rasanya Aether ingin menghentikan waktu.
© sha — @captainseijo 2021
a/n: write as lagi kenapa ya :(