Arrived in Liyue
“Susuripris,” kata Xiao kepada lelaki bermahkota emas saat ia duduk di sebelah kursi kemudi—yang diisi oleh Xiao. Tangannya menggenggam sebuah buket bunga cantik yang ia beli terlebih dahulu sebelum menjemput Aether. Ia terdiam sejenak, netra emasnya melihat kearah buket bunga sebelum melihat kearah netra amber Xiao. “Thanks?” responnya menerima, ia bersenandung kecil dan menghirup aroma bunga yang ia terima dalam-dalam, ‘cantik,’ gumamnya.
“Ae, are you ready to get lost in Liyue with me?” tanya Xiao. Sebenarnya, ia tidak ingin menginterupsi kegiatan Aether disampingnya yang melehmahkan hatinya. Tetapi, apa boleh buat, mereka punya banyak rencana yang akan mereka habiskan berdua sebelum gig—konser promosi album Xiao.
“Let’s go! Kita ke Wanmin? Eh bener Wanmin kan? Restaurant yang kamu bilang terenak se-Liyue?” kata Aether yang dijawab anggukan kepala oleh lelaki di sampingnya dan mulai mengendarai keluar dari Stasiun Liyue. Aether memperbaiki posisi seat belt dan kemudian menyenderkan tubuhnya kedalam seat mobil SUV hitam Xiao, mencari posisi ternyamannya setelah berjam-jam duduk di kursi kereta yang membuat punggungnya pegal. “Kalau kamu ngantuk, bisa tidur dulu kok. Nanti gue bangunin kalo udah sampe Wanmin.”
Aether menoleh kearah Xiao. Wow. Baru kali ini dia melihat Xiao begitu menawan ketika sedang mengendarai mobil, sebelumnya ia hanya melihat Xiao mengendarai sepeda pinjaman ketika berada di Springvale. Rasanya seperti… mimpi. “Nggak mau, kalo aku ketiduran nanti waktu yang aku abisin sama kamu berkurang, Xiao di Liyue kan beda sama Xiao di Springvale.” Kata Aether, ia menggenggam seat belt-nya. Kemudian menoleh kearah depan, “So, Kamu bener-bener udah baikan sama Chongyun?” ia memulai konversasi.
Xiao menghela napasnya, ia mulai bercerita tentang pesan yang dikirimkan Chongyun yang berakhir dengan pertemuan mereka bertiga setelah kekacauan yang terjadi. Xiao masih menerima mereka sebagai teman kasualnya, tetapi ia masih membutuhkan waktu untuk kembali lagi seperti dulu. Ketika ia menceritakan hal itu, Xiao baru tersadar. Entah mengapa saat bertemu Chongyun dan Xingqiu kemarin ia tidak menemukan debaran-debaran ketika ia menyukai Chongyun dulu. Dia diam sejenak dan melihat ke arah kursi sebelahnya, terlihat Aether sedang tertidur dengan tangan melipat.
Xiao meminggirkan mobilnya sejenak, kemudian menurunkan sandaran jok Aether agar tidurnya lebih nyaman. Ia terdiam sebentar, melihat kearah Aether yang tertidur di dalam mobilnya. Jemari tangan Xiao menyentuh pucuk surai emas milik Aether, mengusapnya perlahan. Bahkan sedari tadi ia belum bisa menormalkan degup jantungnya ketika Aether datang ke Liyue. Aether benar-benar datang menuju Xiao. Memikirkan itu, degup jantungnya bertambah kencang, rasanya semua kupu-kupu sudah ingin meledak-ledak di dalam perutnya.
He’s yearning more.
“I’m sorry Aether, I hope you don’t mind if I doing this,” kata Xiao sebelum ia mendekatkan wajahnya ke arah Aether, mengecup keningnya perlahan. Seperti pengecut, Ia langsung buru-buru menjauhkan wajahnya yang memerah dan menyandarkan punggungnya pada seat mobilnya, mulai mengendarai mobil SUV hitamnya menuju Wanmin Restaurant dengan semua kewarasannya yang tersisa.
© sha — @captainseijo 2021