#1; yellow
—kaveh pov
“Nak, bisa pulang dulu?”
Sebuah pesan singkat namun membuat hati gue bercampur-aduk. Padahal, hari ini hari Minggu—hari gue beristirahat dari gempuran tugas-tugas besar yang diberikan yang mulia dosen. Seenaknya aja, emangnya dia gak pernah mikir perasaan gue?
You blocked this contact.
Hm? Pop-up notifikasi dari Alhaitham.
Alhaitham, ya? Bicara tentangnya selalu membuka memori gue pada saat SMA dulu. Alhaitham, adalah anak yang cukup populer, dengan titel ketua ekstrakurikuler Catur, pemegang medali silver OSN bidang Geografi, anak kesayangan guru, dan yang pernah menjadi alasan kenapa gue daftar mentoring olimpiade Geografi hanya untuk cari perhatian ke dia aja. Padahal, setiap gue melihat judul handbook-nya udah bikin gue enek.
Iya
Sini
(Location)
—and, here I am. Sekarang gue berdiri depannya, mata kami bertatapan. Dia, yang memakai kemeja hitam slim-fit digulung sampai ke siku dan kacamata bulatnya yang bertengger pada hidungnya. Jemarinya berhenti mengetik sejenak, naik ke atas pucuk hidungnya, membenarkan kacamatanya yang sedikit menurun.
And you know, for you, I'd bleed myself dry.
(”Hayi, If the world was ending, what would be the last thing you'll do?”
“Istirahat.”
“…”
“Hm. Menurut gue, complete reset untuk bumi itu diperlukan. Kalau gue reinkarnasi di kemudian hari, bumi mungkin jadi tempat yang lebih baik.”
“Kalau reinkarnasi, otomatis lupa sama gue dong?”
“I’ll find you, Kay.”)
sorascents 2023